Bikin ISP Modal Nekat

- 16.27
advertise here
Dulu...dipenghujung tahun 2007, seorang teman mengajak membangun ISP kecil-kecilan. Maklum di kota kami belum ada akses internet selain telkomnet instan. Anda tahu sendiri kan, telkomnet instan udah lelet alias lambat, mahal lagi. Konon ada seorang teman yang keranjingan internet pakai kabel telpon tersebut yang bayar tagihan telpon sampai 2 juta rupiah! Jadi peluang bisnis ISP di HSS ini belum ada yang menggarap dan menjanjikan.

Saya heran juga dimana pertimbangan penanam modal, kok mengajak saya membangun ISP. Saya cuma seorang guru yang mempunyai sedikit ilmu komputer. Sekedar bisa mengoperasikan ms-word, ms-excel, dan main internetan. Jadi teknis bagaimana menyeting server, VSAT, wireless hingga sisi sekuriti client masih belum ada ilmunya alias blank.

Bermodalkan nekat maka saya terima job tersebut. Kami membentuk kelompok usaha yang terdiri dari 3 orang. Saya bertugas sebagai admin jaringan. Kedua adalah Yadi, pemilik Matrix Computer Kandangan selaku pengelola administrasi dan penyedia hardware. Ketiga Raihan, seorang pegawai BRI selaku pemodal.

Gambar 1: Pemodal, Teknisi Antene, Pengelola

Pekerjaan pertama adalah mencari ISP yang bisa sampai ke Kandangan. Waktu tahun 2007 belum ada akses internet seperti Speedy. Pilihan akses internet cuma telkomnet instan atau GPRS. Kalau GPRS dari operator selular sangat mahal dan tidak ekonomis. Akhirnya pilihan kami jatuh pada VSAT. Teknologi akses internet via satelit ini dapat menjangkau seluruh Indonesia termasuk kota Kandangan.

Gambar 2: Antene Dish VSAT Ku-Band

Googling, itulah cara kami mencari ISP. Lewat mesin pencari google ini kami menggunakan kata kunci "VSAT murah". Hasilnya ada beberapa ISP Indonesia dan ISP luar negeri yang terjaring. Tapi VSAT lewat ISP Indonesia masih tergolong mahal. Setelah meneliti tawaran harga dan bandwidth yang disediakan akhirnya kami memilih SmartMalaysia SDN BHD sebagai ISP (www.smartmalaysia.com). Paket murah yang kami ambil adalah VSAT Ku Band 512/128 Kbps dengan biaya bulanan USD 450. Biaya instalasi awal sekitar 20 jutaan dan itu bisa dicicil separuhnya selama 12 bulan. Lumayan ringan kan.

Gambar 3: Modem VSAT Ku-Band

Setelah di kontak lalu datang teknisi dari Surabaya. Mereka memasang antene VSAT Ku-Band yang mirip antene IndoVision tapi sedikit lebih besar. Setelah didapat signal yang OK dan di test ternyata bandwidth yang diperoleh sangat bagus. Tapi signal Ku-Band mudah terpengaruh oleh cuaca. Jika hari mendung dan hujan disertai guntur kadang koneksi putus 5-10 menit. Hal ini masih lebih baik dibandingkan koneksi telkomnet instan yang sering ngadat pada jam sibuk.

Gambar 4: Teknisi Antene Sedang Beraksi

Pekerjaan kedua adalah membangun jaringan. Setelah sounding kami memperoleh komitmen calon pelanggan sekitar 30 orang. Ternyata rumah mereka sebagian jauh dari kota Kandangan. Ada yang di Angkinang (7 km), Hamalau (4 km), Sungai Raya (6 km) dan perumnas Bilui (3 km). Untuk membangun jaringan yang menghubungkan server dengan client yang jauh maka teknologi yang dipilih adalah jaringan wifi atau wireless.

Awalnya kami membangun tower dari pipa ledeng yang diperkuat dengan penyangga kawat baja. Memang tower yang direkomendasikan om Google adalah model triangle. Mengingat masih terbatasnya modal maka tower pipa ledeng pun jadi. Bayangkan menaiki pipa ledeng di tower hampir 30 meter. Untungnya ada "jago panjat" spesialis tower pipa yang udah ahli.

Gambar 5: Pemasangan Radio Access Point

Sebenarnya kami belum pernah membangun jaringan wireless. Tapi bermodalkan nekat dan google (koneksi VSAT di server udah bisa dipakai) kami harus tetap jalan. Hasilnya kami dapat memesan secara online perangkat wireless mulai dari antena, radio access point, radio client hingga antene dan perangkat tambahan lainnya.

Gambar 6: Memasang Radio di Tempat Client

Akhirnya selesai juga membangun jaringan yang menghubungkan server dengan komputer di rumah client. Ternyata tidak segampang itu membuat ISP. Akses internet yang bisa diakses di server belum bisa dinikmati di rumah client. Selidik punya selidik ternyata belum dishare.

Gambar 7: Sibuk Menyeting Koneksi di tempat Client

Googling lagi! Ketemu, ternyata kami harus memasang sebuah router. Fungsi router adalah menghubungkan jaringan publik dari ISP dengan jaringan lokal wireless client. Disamping itu kami harus memikirkan sarana pembagian bandwidth agar sesama client tidak rebutan. Nah, dari hasil tanya ke Om Google ternyata kami tidak perlu membeli router yang mahalnya minta ampun. Solusinya dengan merakit sendiri server router dan menginstall Mikrotik Router OS di dalamnya.

Gambar 8: Server Rakitan Sendiri

Pekerjaan utama dan paling rumit adalah menyeting routing dan membuat script untuk membagi bandwidth. Untunglah pekerjaan tersebut bisa di remote dari tempat saya. Sebelumnya saya sering menyeting server sampai jam 3 pagi. Fasilias remote yang disediakan mikrotik sangat memudahkan dan meringkan pekerjaan. Lagi-lagi, semua ilmu routing dan bandwidth manager di mikrotik saya peroleh dari Om Google.

Sekarang ISP kami udah jalan setahun lebih. Server rakitan sendiri ternyata tahan dihidupkan nonstop 24 jam selama 14 bulan ini. Sedangkan radio access point udah 2 kali diganti karena di sambar petir. Kalau hitung-hitungan ekonomis sekarang tinggal menikmati. Terutama saya memperoleh akses internet gratis 24 jam dirumah. Yah, di zaman canggih sekarang ini kesempatan tidak datang dua kali. Kita harus berani ambil resiko dan harus dapat belajar sendiri. Modal uang dapat dicari. Teknis dan ilmu dapat digoogling. Tinggal kita saja lagi yang harus jeli melihat kesempatan disela roda globalisasi.
Advertisement


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search