Upacara Bendera & Nasionalisme

- 11.52
advertise here
Setiap hari Senin semua sekolah dari tingkat dasar sampai tingkat menengah atas di Indonesia melaksanakan upacara bendera. Salah satu tujuan yang ingin di capai dari kegiatan rutin ini adalah untuk meningkatkan rasa nasionalisme peserta upacara. Tapi benarkah demikian?

Sejak dari sekolah di kelas I SD sampai dengan kelas III SMA, saya selalu mengikuti upacara bendera. Saking sudah seringnya mengikuti, saya sampai menganggap kegiatan ini hanya sekedar rutinitas penaikan bendera merah putih.

Berbaris, penghormatan umum, pembacaan Pancasila, mengheningkan cipta, amanat pembina upacara, menyanyikan lagu wajib, dst ...... itulah yang rutin di rekam otak saya. Adakah timbul geliat rasa nasionalisme di sini?

Dari semua kegiatan tersebut, menurut saya kuncinya adalah amanat pembina upacara. Jika amanatnya bagus, berapi-api, menyinggung kisah kepahlawanan para pejuang, maka saya yang mendengar akan tersentak rasa nasionalismenya. (pengalaman masa di SD dahul :-)

Tapi bila amanat pembina upacara biasa saja: mengomentari kesalahan petugas upacara saat ini, sedikit petuah untuk rajin belajar, dan itu-itu saja (kayanya kasetnya sama semua, mungkinkah para pembina upacara ini main contek-mencontek isi amanatnya ya?) maka para pendengar akan merasa ini sebagai rutininitas, biasa-biasa saja bahkan ada yang mengantuk.

Coba kita lihat, bagaimana dulunya rakyat Indonesia berdesak-desakan, antri, berjejal-jejal hanya untuk mendengarkan pidatonya Bung Karno. Mereka datang tanpa dipaksa, tanpa diundang. Mengapa? karena daya tarik Bung Karno itu sendiri. Beliau berpidato berapi-api, membakar jiwa nasionalisme, tanpa teks.

Oleh karena itu, mungkin sudah saatnya kita memikirkan kembali apakah format upacara bendera saat ini masih relevan. Apakah susunan acara yang ada masih perlu dibakukan? Sungguh ironi, jika kegiatan rutin yang dilaksanakan serentak di ribuan sekolah di Indonesia ini tidak menghasilkan efek dan manfaat terhadap pesertanya...

Bahkan seorang rekan guru muda yang idealis, menolak ikut upacara bendera karena ia tidak ingin jadi "penyembah bendera". Ia merasa bahwa upacara bendera hanya sekedar sarana penghormatan terhadap bender!
Advertisement


EmoticonEmoticon

 

Start typing and press Enter to search